Sumber: http://internasional.kompas.com/read/2010/10/16/18023799/AS.Resmi.Tuduh.China-8
Sabtu, 16 Oktober 2010 | 18:02 WIB
Yuan
KOMPAS.com — Yuan yang melenggang lemah terus-menerus terhadap dollar AS makin membuat Abang Sam (AS) gerah. Makanya, meski menunda penerbitan laporan mata uangnya dari jadwal Jumat (15/10/2010), AS akan secara resmi mengeluarkan pernyataan kalau China adalah manipulator mata uang.
Lazimnya memang, Departemen Keuangan merilis dua laporan resmi tiap tahun terkait mata uang yang dipakai oleh negara-negara mitra dagangnya.
Selama ini, kebijakan menyebut China sebagai biang keladi manipulasi mata uang belum pernah dilakukan AS. Kini laporan itu diduga tidak akan dikeluarkan sebelum KTT G-20 mendatang dilangsungkan.
Pada sisi lain, China sejak awal sudah mengatakan, semestinya AS tidak menggunakan mata uang yuan yang bernilai rendah sebagai kambing hitam atas persoalan ekonomi domestiknya.
Dalam sebuah acara briefing rutin, Juru Bicara Menteri Perdagangan Yao Jian mengatakan, China akan meneruskan upaya mereformasi mata uangnya, tetapi dalam tempo yang dibuatnya sendiri.
Sementara laporan Depkeu AS yang terakhir, terbit April, akhirnya ditunda penerbitannya hingga tiga bulan dan tidak menyinggung soal bagaimana China memanipulasi mata uangnya.
Bill Clinton
Penyebutan satu negara sebagai manipulator mata uang terakhir dilakukan AS di bawah pemerintahan Bill Clinton yang saat itu juga menunjuk hidung China.
Sejumlah analis menduga, sebagaimana warta AP dan AFP, China sengaja membuat yuan melemah sedemikian rupa sehingga bisa mendorong pertumbuhan ekspornya dan unggul bersaing di pasar global.
Jubir Depdag China, Yao Jian, mengatakan, China akan melakukan reformasi mata uang berdasarkan situasi ekonomi negerinya. Yao juga menolak kritik terbaru dari Menteri Keuangan Yoshihiko Noda dan menyebutnya "tak masuk akal".
Noda ikut mendesak China agar menaikkan nilai yuan, dan mengatakan ancaman terjadinya perang mata uang kemungkinan akan menjadi isu penting dalam KTT G-20 mendatang yang akan berlangsung di Seoul, Korea Selatan.
Analisis:
China sedang eksis dengan perekonomian negaranya yang kuat, tetapi pasti ada masalah yang melanda China seperti tuduhan manipulasi mata uang untuk menguasai pasar global seperti yang dilakukan AS.
Strategi bisnis yang dilakukan China adalah melemahkan mata uang Yuan agar dapat melakukan ekspor untuk bersaing di pasar global, dengan demikian China bisa menguasai banyak pasar di negara-negara tujuan ekspornya. Pelemahan mata uang Yuan dituduh oleh AS, merupakan pebabkan masalah domestik seperti pertumbuhan ekonomi domestik AS, mata uang Yuan disini menjadi 'kambing hitam'. Tetapi apabila China melakukan penguatan terhadap mata uangnya sesuai keinginan anggota parlemen Eropa untuk mengapresiasi mata uang sebesar 20-40 persen mata uang maka perekonomian di China akan kacau karena akan ada banyak perusahaan yang bangkrut dan juga menimbulkan keresahan sosial dimana pada akhirnya mengakibatkan ketidakstabilan ekonomi global.
Pelemahan mata uang terjadi karena inflasi pada negara dimana nilai mata uang mengalami penurunan, hubungan dengan kasus diatas adalah negara importir produk China merasa murah untuk diimpor sehingga impor dilakukan dengan volume yang besar, dengan demikian produk domestik akan tersaingi dan menyebabkan peralihan pangsa pasar dengan produk China lebih banyak dibeli oleh penduduk.
Lazimnya memang, Departemen Keuangan merilis dua laporan resmi tiap tahun terkait mata uang yang dipakai oleh negara-negara mitra dagangnya.
Selama ini, kebijakan menyebut China sebagai biang keladi manipulasi mata uang belum pernah dilakukan AS. Kini laporan itu diduga tidak akan dikeluarkan sebelum KTT G-20 mendatang dilangsungkan.
Pada sisi lain, China sejak awal sudah mengatakan, semestinya AS tidak menggunakan mata uang yuan yang bernilai rendah sebagai kambing hitam atas persoalan ekonomi domestiknya.
Dalam sebuah acara briefing rutin, Juru Bicara Menteri Perdagangan Yao Jian mengatakan, China akan meneruskan upaya mereformasi mata uangnya, tetapi dalam tempo yang dibuatnya sendiri.
Sementara laporan Depkeu AS yang terakhir, terbit April, akhirnya ditunda penerbitannya hingga tiga bulan dan tidak menyinggung soal bagaimana China memanipulasi mata uangnya.
Bill Clinton
Penyebutan satu negara sebagai manipulator mata uang terakhir dilakukan AS di bawah pemerintahan Bill Clinton yang saat itu juga menunjuk hidung China.
Sejumlah analis menduga, sebagaimana warta AP dan AFP, China sengaja membuat yuan melemah sedemikian rupa sehingga bisa mendorong pertumbuhan ekspornya dan unggul bersaing di pasar global.
Jubir Depdag China, Yao Jian, mengatakan, China akan melakukan reformasi mata uang berdasarkan situasi ekonomi negerinya. Yao juga menolak kritik terbaru dari Menteri Keuangan Yoshihiko Noda dan menyebutnya "tak masuk akal".
Noda ikut mendesak China agar menaikkan nilai yuan, dan mengatakan ancaman terjadinya perang mata uang kemungkinan akan menjadi isu penting dalam KTT G-20 mendatang yang akan berlangsung di Seoul, Korea Selatan.
Analisis:
China sedang eksis dengan perekonomian negaranya yang kuat, tetapi pasti ada masalah yang melanda China seperti tuduhan manipulasi mata uang untuk menguasai pasar global seperti yang dilakukan AS.
Strategi bisnis yang dilakukan China adalah melemahkan mata uang Yuan agar dapat melakukan ekspor untuk bersaing di pasar global, dengan demikian China bisa menguasai banyak pasar di negara-negara tujuan ekspornya. Pelemahan mata uang Yuan dituduh oleh AS, merupakan pebabkan masalah domestik seperti pertumbuhan ekonomi domestik AS, mata uang Yuan disini menjadi 'kambing hitam'. Tetapi apabila China melakukan penguatan terhadap mata uangnya sesuai keinginan anggota parlemen Eropa untuk mengapresiasi mata uang sebesar 20-40 persen mata uang maka perekonomian di China akan kacau karena akan ada banyak perusahaan yang bangkrut dan juga menimbulkan keresahan sosial dimana pada akhirnya mengakibatkan ketidakstabilan ekonomi global.
Pelemahan mata uang terjadi karena inflasi pada negara dimana nilai mata uang mengalami penurunan, hubungan dengan kasus diatas adalah negara importir produk China merasa murah untuk diimpor sehingga impor dilakukan dengan volume yang besar, dengan demikian produk domestik akan tersaingi dan menyebabkan peralihan pangsa pasar dengan produk China lebih banyak dibeli oleh penduduk.
bisa jadi statment tuduhan ini benar karena semua ini cukup beralasan,seperti yang kita ketahui China memang hebat dalam pengoperasian produk dalam jumlah besar dan China merupakan negara berkembang yang ingin menuju negara maju. dengan menguasai pasar global tentu juga China akan menjadi lebih kuat....
BalasHapushu uh
BalasHapusjadi kita tahu China memiliki strategi yang kuat dalam menghadapi pasar global.
Jadi tidak heran kalau China memiliki perekonomian yang kuat juga.